Seminar Paud Sehari “Permainan Tradisional vs Digital”

Posted on

Pada hari Selasa, 13 Agustus 2019, bertempat di Auditorium Gedung B Kampus A Pakupatan, Jurusan PG PAUD FKIP Untirta menggelar Seminar Nasional. Seminar kali ini menghadirkan Dr. Cepi Riyana, M.Pd. (Akademisi Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Pendidikan) dan Dr. Hapidin, M.Pd. (Akademisi Pendidikan Anak Usia Dini) sebagai pemateri. Tema yang diusung adalah “Permainan Tradisional vs Digital”. Tema ini penting untuk didalami oleh para pengajar anak-anak dan orang tua. Sebab, di zaman yang sudah canggih dan dikelilingi oleh alat-alat elektronik seperti sekarang ini, merupakan tantangan bagi kita para orang tua agar bijak dalam mendampingi anak dalam bermain. Game digital telah mendominasi di kehidupan anak-anak jaman sekarang. Bagaimana itu bisa terjadi? Sebenarnya, dalam hal ini orangtua juga memiliki peran. Sebagian orangtua memberi kebebasan pada anak untuk bermain game digital tersebut, bahkan ada orangtua yang membebaskan anaknya untuk memiliki gadget. Melalui gadget tersebut anak akan dengan mudah mengunduh game-game digital sesuai dengan keinginannya. Padahal belum tentu semua game mengandung nilai edukatif. Gadget pun dapat mengubah kita menjadi manusia yang individual. Hal ini dikarenakan kita terlalu berfokus pada dunia dalam gadget. Seperti fakta pada saat ini, generasi milenial lebih memilih berkomunikasi secara online atau disebut chatting. Hal ini membuat mereka enggan untuk bersosialisasi dengan sekitarnya. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengawasi anaknya sangatlah penting. Hal ini tidak dapat dianggap remeh, karena anak sudah dihadapkan dengan teknologi yang luar biasa. Jika terus dibiarkan seperti ini, tumbuh kembang anak akan terganggu. Anak akan menjadi seseorang yang mempunyai ego tinggi, karena tidak ada rasa sosial pada dirinya. Beda jauh dengan permainan tradisional yang justru hampir punah ini memiliki segudang nilai positif. Hampir semua permainan tradisional yang ada di Indonesia memiliki makna dan nilai edukatif. Misalnya, dalam permainan Gobag Sodor. Dalam permainan tersebut dibutuhkan ketangkasan, kegesitan, kecerdasan, serta kekompakkan pemain. Selain itu, pemain harus memikirkan berbagai strategi dan mampu bergerak cepat agar dapat melewati garis lawan. Dengan begitu, anak lebih aktif bergerak secara fisik keseluruhan, bahkan permainan tersebut dapat menghadirkan suasana ceria untuk anak. Biasanya ketika bermainn gobag sodor tersebut, akan timbul suasana ramai dan bahkan anak akan tertawa bahagia bersama teman-teman sebayanya. Dalam aspek sosial, permainan tradisional lebih memberi kesempatan luas kepada anak-anak untuk berbaur dan belajar bekerja sama dengan orang lain. Sehingga resiko anak bersikap individualis akan memudar. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Suroso Mukti Leksono, M.Si. Seminar ini dipandu oleh Ibu Kristiana Maryani, M.Pd. sebagai moderator.

Pembukaan Acara Oleh WD I